l Pengertian dan Kesalahan - kesalahan pada saat wukuf di arafah | AHYADIN RITE AMBALAWI Islam Mosque 3
TERIMAKASIH BANYAK ATAS KUNJUNGAN ANDA SEMOGA BERMANFAAT
 

Kamis, 14 November 2019

Pengertian dan Kesalahan - kesalahan pada saat wukuf di arafah


MAKALAH
HAJI DAN UMRAH
Tentang : Kesalahan-kesalahan pada saat wukuf di arafah



Di susun oleh :
Ahyadin

“Makalah ini diajukan kepada dosen pengampu
Sebagai salah satu syarat memperoleh nilai tugas
mata kuliah haji dan umrah

Dosen pengampu
M. Yunan putra Lc. MHi


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI AKHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
BIMA
2019


Assalamu’alaikum wr.wb.
          Segala puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami untuk memenuhi tugas Haji dan Umrah.
          Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih pada teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motivasi, baik berupa sharing pendapat, motivasi dan hal-hal lainnya dalam rangka pembuatan makalah ini.
          Kami sangat menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan makalah ini, apabila nantinya terdapat kekurangan, kesalahan dalam makalah ini, kami selaku penulis sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik dari kami selaku penulis dan para pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Bima, 15 November  2019

       Penulis



      A.    PENGERTIAN WUKUF
Wukuf adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke suatu “panggung replika” padang Masyhar. Suatu tamsil bagaimana kelak manusia dikumpulkan di suatu padang Masyhar dalam formasi antri menunggu giliran untuk dihisab oleh Allah SWT. Wukuf adalah suatu contoh sebagai peringatan kepada manusia tentang kebenaran Illahi.
Wukuf di Arafah adalah salah satu rukun haji yang mengharuskan jamaah haji hadir dan berada di sekitar Arafah. Baik itu dalam keadaan tidur ataupun bangun, berkendara ataupun duduk, berbaring ataupun berjalan dan dalam keadaan suci ataupun tidak.
Waktu wukuf dimulai pada tanggal 9 Dzulhijjah saat tergelincirnya matahari sampai terbitnya matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah. Wukuf wajib dilakukan oleh semua jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji, hal ini dijelaskan dalam hadist berikut ini:
Rosulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْمَرَ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَسَأَلُوهُ فَأَمَرَ مُنَادِيًا فَنَادَى الْحَجُّ عَرَفَةُ مَنْ جَاءَ لَيْلَةَ جَمْعٍ قَبْلَ طُلُوعِ  الْفَجْرِ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ (رواه ابو داود وغي
Artinya:
Dari Abdurahman bin Yamar ra, bahwa: Manusia dari pendududuk Najed datang kepada Rasulallah saw di Arafah, bertanya kepadanya. Lalu Rasulullah saw menyuruh seseorang berseru: Haji adalah Arafah. barang siapa datang (di Arafah) di malam jama’ (Muzdalifah) sebelum terbit fajar maka ia memperoleh haji.” (HR Abu Dawud dll).
Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa hukum melaksanakan wukuf adalah wajib, karena wukuf merupakan salah satu rukun haji. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa amalan yang termasuk rukun haji, wajib untuk dilakukan. Dan apabila ditinggalkan maka ibadah haji yang dilakukannya tidaklah sah.
Wukuf di Arafah adalah sebuah bentuk gambaran ketika manusia berkumpul di Padang Mahsyar nanti, ketika manusia dibangkitkan kembali dari kematian dan berwukuf dihandapan-Nya. Dimana pada saat itu, semua manusia berada dalam kedudukan yang sama di mata Allah SWT. Tidak ada perbedaan ras dan kedudukan, yang membedakan hanyalah kualitas dari ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Waktu wukuf disunnahkan dilaksanakan sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari dan mengahadap kiblat. Hal ini dijelaskan dalam hadist berikut ini:
عن علِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَقَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِعَرَفَةَ فَقَالَ هَذَا الْمَوْقِفُ وَعَرَفَةُ كُلُّهَا مَوْقِفٌ وَأَفَاضَ حِينَ غَابَتْ الشَّمْسُ (صحيح الترمذي
Artinya:
Dari Ali Bin Abu Thalib ra, Rasulullah saw wuquf di Arafah lalu bersabda: “Ini adalah tempat wuquf, dan semua Arafah adalah tempat wuquf”. Lalu beliau bertolak (meninggalkan Arafah) ketika matahari terbenam (at-Tirmidzi)
(عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : ثُمَّ رَكِبَ حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إلَى الصَّخَرَاتِ، وَجَعَلَ حَبْلَ الْمُشَاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ (رواه مسلم
Artinya:
Dari Jabir ra: Kemudian beliau tiba di tempat wukuf maka perut untanya (al-Qaswa) telah berada ke arah shakharat menghadap kiblat (HR Muslim).”
Al-Shakhrat adalah satu tempat berada di bawah Jabal Rahmah di padang Arafah. Dan ketika berada di Arafah, perbanyaklah doa. Hindari melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak ibadah Anda; mengobrol atau berjalan-jalan. Lebih baik Anda memperbanyak doa dan dizikir, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berikut adalah hadist yang menjelaskan tentang hal tersebut:
Rosulullah SAW bersabda:
لِمَا رُوِىَ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (وراه الترمذي
Artinya:
Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku katakan adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ يُـحْيِي وَيُـمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya:
Tiada Tuhan melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu” (HR at-Tirmidzi).
Status hukum Wukuf di Arafah adalah rukun yang kalau ditinggalkan maka Hajinya tidak sah. Wukuf juga merupakan puncak ibadah Haji yang dilaksanakan di Padang Arafah dan pada tanggal 9 Zulhizah. sebagaimana sabda Rasulullah :
Alhaju arafah manjaal yalata jam’in kabla tuluw ilafji pakad adraka alhajj (diriwayatkan oleh 5 ahli hadis)
artinya : “Haji itu melakukan wukuf di Arafah”
Pada hari wukuf tanggal 9 Zulhijah yaitu ketika matahari sudah tergelincir atau bergeser dari tengah hari, (pukul 12 siang) hitungan wukuf sudah dimulai. yang pertama dilakukan adalah shalat Zuhur dan Ashar yang dilakukan secara ‘Jamak Taqdim‘, yakni shalat Ashar dilakukan bersama shalat Zuhur pada waktu Zuhur dengan 1 X azan dan 2 X iqamat.
Setelah shalat Zuhur dan Ashar, disunatkan seorang imam untuk mulai berkhutbah untuk memberikan bimbingan wukuf, penerangan, seruan-seruan ibadah dan panjatan do’a kepada Allah SWT.
 Disunatkan supaya menghadap Qiblat dan memperbanyak membaca do’a,zikir dan membaca Al-Qur’an. Ketika berdo’a hendaklah mengangkat tangan hingga tampak keatas kedua ketiaknya. dan juga disunatkan mengulang-ulang kalimat :
“Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd, yuhyi wa yumiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair,wahua ‘alaa kuli syaiin qadiir”
Artinya : “Ya Allah tiada tuhan selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya,bagi-Nya segala kerajaan dan segala puji.Dia yang menghidupkan dan mematikan. Ia hidup tidak mati.Di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia Maha kuasa.”
Karena ada hadis Nabi yang mengatakan :
“Sebaik-baiknya do’a pada hari Arafah, dan sebaik-baiknya yang kubaca dan dibacanya juga oleh nabi-nabi sebelumku, yaitu : Laa ilaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku walahulhamd, yuhyimiit, wahua hayyun layamuutu biyadihil khair, wahua ‘alaa kuli syaiin qadiir.” (Hadis Riwayat : Tirmidzi).

    B.     KEGIATAN UTAMA IBADAH HAJI

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
1.         Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
2.         8 Dzulhijjah, jamaah haji harus bermalam di Mina. Sebelumnyanya pada pagi 8 Dzulhijjah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah menuju Mina. Malam harinya, semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
3.         9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
4.         10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
5.         11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
6.         12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
7.         Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).

     C.    KESALAHAN-KESALAHAN JAMAAH HAJI SELAMA DI ARAFAH
Meski memiliki keistimewaan yang sangat besar, masih banyak umat Islam yang tidak menghargai keistimewaan ini.  Sungguh ironis, masih banyak jamaah haji yang jatuh dalam kesalahan-kesalahan fatal saat beribadah di Arafah. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan kekurangan ilmu, kurang motivasi dalam beramal atau sikap tidak peduli. Para jamaah haji perlu mengetahui kesalahan-kesalahan ini agar bisa menghindarinya dan bersyukur atas nikmat ilmu dan cinta sunnah yang Allâh k anugerahkan.

Di antara kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama wukuf di Arafah adalah sebagai berikut :

1.             Wukuf di luar wilayah Arafah. Saat melakukan patroli, para dai dari Kementrian Agama Arab Saudi masih banyak menemukan jamaah haji yang melakukan wukuf di luar Arafah. Padahal kesalahan ini jika tidak diluruskan mengakibatkan haji kita tidak sah.[1]

2.             Keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam. Wukuf adalah rukun haji, sedangkan melakukan wukuf hingga matahari terbenam adalah salah satu kewajiban haji. Jika jamaah haji sudah keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam dan tidak kembali lagi, maka ia telah meninggalkan salah satu kewajiban haji dan harus membayar dam dengan meyembelih seekor kambing.[2]

3.             Menyibukkan diri dengan naik Jabal Rahmat ,  berjalan-jalan, atau menuliskan prasasti di sana. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak mendaki gunung ini saat wukuf.  Jadi barang siapa mendaki gunung dan meyakininya sebagai ibadah, maka itu adalah bid’ah. Jika menaikinya sebagai refreshing, maka hukumnya boleh, tetapi ada hal lain yang lebih baik dilakukan di kesempatan yang belum tentu terulang ini.[3] Imamul Haramain al-Juwaini mengatakan, “Dan tidak ada nilai ibadah dalam menaiki gunung ini, meski orang-orang biasa melakukannya.[4]

4.             Menghadap ke Jabal Rahmat saat dzikir dan doa dan membelakangi kiblat. Yang sesuai dengan sunnah adalah menghadap ke kiblat saat berdoa, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Jâbir z :
ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخَرَاتِ وَجَعَلَ حَبْلَ الْمُشَاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ
Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat hingga tiba di  tempat wukuf, maka beliau jadikan perut unta beliau al-Qashwa di bebatuan (di belakang  Jabal Rahmat) , menjadikan rombongan pejalan kaki di depan beliau dan menghadap kiblat. [HR. Muslim no. 1284]

Saat wukuf, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap Jabal Rahmat, tapi pada saat yang sama beliau juga menghadap kiblat. Beliau menjadikan Jabal Rahmat dan Ka’bah di arah depan beliau. Jika keduanya tidak bisa digabungkan, maka yang diutamakan adalah menghadap kiblat, bukan gunung.

5.             Tidak mengoptimalkan dzikir dan doa, tapi malah banyak ngobrol dan bercanda. Hal ini sangat disayangkan, mengingat keistimewaan hari Arafah dan singkatnya waktu wukuf. Saat Anda menempati tempat wukuf Anda, ingatlah bahwa ada jutaan umat Islam yang menginginkan tempat itu, namun mereka tidak bisa mendapatkannya karena tidak memiliki biaya, tidak memiliki kondisi fisik yang memungkinkan, atau sebab lain. Dan Andalah yang dipilih Allâh, maka jangan sia-siakan kesempatan emas ini dengan obrolan dan canda tawa!

6.             Menyibukkan diri dengan berfoto ria selama di Arafah. Terlepas dari perselisihan para Ulama dalam masalah hukum foto makhluk bernyawa, foto-foto ini bisa menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan Anda ke dalam kubangan riya’ (beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) yang membuat ibadah haji Anda sia-sia. Sebisa mungkin  tutuplah ibadah mulia ini dari pandangan manusia, sehingga hanya Allâh k yang tahu, karena hanya dari-Nyalah kita mengharap pahala.

7.             Merokok. Kebiasaan buruk ini sayang sekali masih kadang dilakukan jamaah haji saat menjalankan rukun terpenting ibadah haji.

8.             Menghibur diri atau mencari  kekhusyu’an dengan alunan musik.

9.             Bersolek. Agama kita melarang wanita bersolek saat keluar rumah. Larangan ini menjadi lebih tegas jika dilakukan saat menjalankan ibadah haji dan berada di tanah suci.  Demikian pula dengan dua kesalahan yang sebelumnya.  Jika kita melakukannya, masihkah kita berharap haji mabrur, sedangkan syaratnya adalah meninggalkan kefasikan dan maksiat selama menjalankan ibadah ini?

10.         Berdesak-desakan dan saling dorong untuk naik ke Bukit Arafah dan mengusap-usap tugu atau batu, sebab hal ini tidak ada dasarnya dalam syariat.

11.         Berusaha mengumpulkan batu atau pasir di Arafah di tempat-tempat tertentu. Seperti ini adalah amalan bid’ah yang tidak pernah diajarkan.

12.         Berdesak-desakkan dan sambil mendorong ketika keluar dari Arafah.

Itulah beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi selama di Arafah.  Masih banyak lagi kesalahan yang lain yang harus dihindari jamaah haji, namun apa yang disebutkan di atas cukup sebagai isyarat kepada kesalahan-kesalahan yang lain. Akhirnya kita berdoa, semoga Allâh menunjukkah kebenaran sebagai kebenaran dan kita bisa mengikutinya. Dan semoga Allâh menunjukkan kesalahan sebagai kesalahan dan kita bisa meninggalkannya. Sungguh Dialah Yang Maha Mendengar, Dialah harapan kita, dan cukuplah Dia bagi kita. Wallahu A’lam.



DAFTAR PUSTAKA

Ustadz Anas Burhanuddin MA
PT. Prima Tour dan Traver, 2018. Pengertian Wukuf di Arafah. http://www.primatourtravel.com/pengertian-wukuf-di-arafah.html (Diakses Jum’at tanggal 15 November 2019 pukul 7.07 Wita)
http://infohaji.co.id/wukuf-di-arafah/
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XV/1432H/2011M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

Al-Manjah. Or.id, 2018: Kesalahan-Kesalahan Jamaah Haji Selama Di Arafah
https://almanhaj.or.id/9639-kesalahan-kesalahan-jamaah-haji-selama-di-arafah.html (Diakses Jum’at Tanggal 15 November 2019 Pukul 6.30 Wita)

Muhammad abduh tuasikal, 2012, Ringkasan Panduan Haji (8), Kesalahan-Kesalahan Seputar Haji(Rumaysho. Com,)
https://rumaysho.com/2897-ringkasan-panduan-haji-8-kesalahan-kesalahan-seputar-haji.html (Diakses Jum’at tanggal 15 November 2019 pukul 6.41 Wita)







[1]  Lihat: Nihâyatul Mathlab 4/310
[2]  Lihad: Nihâyatul Mathlab 4/311.
[3]  Lihat: asy-Syarhul Mumti’ 7/294.
[4] Nihâyatul Mathlab 4/311.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
AHYADIN RITE AMBALAWI © 2016-2020