l MAKALAH ILMU FALAK tentang hakekat ilmu falak-Ahyadin | AHYADIN RITE AMBALAWI Islam Mosque 3
TERIMAKASIH BANYAK ATAS KUNJUNGAN ANDA SEMOGA BERMANFAAT
 

Selasa, 16 Oktober 2018

MAKALAH ILMU FALAK tentang hakekat ilmu falak-Ahyadin


MAKALAH


ILMU FALAK
Tentang : Hakekat ilmu falak

Di susun oleh :
Ahyadin

“Makalah ini diajukan kepada dosen pengampu
Sebagai salah satu syarat memperoleh nilai tugas
mata kuliah ilmu falak”

Dosen pengampu
M. Yunan putra Lc. MHi


INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI AKHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
BIMA
2018


KATA PENGANTAR

          Syukur alhamdullah kami panjatkan Allah SWT Tuhan semesta alam. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan ke baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW  yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Aamiin
          Pada kesempatan kali ini akan berusaha mencoba membahas materi Ilmu falak yang dimana berisi tentang apa itu ilmu falak serta objek dan ruang lingkupnya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
          Makalah ini di sajikan berdasarkan rangkuman dari hasil pengamatan yang bersumber dari berbagai informasi, referensi,  dan berita, Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran yang konstruktif sangat kami harapkan.


                       




                                                                                                   Bima, 14 September 2018

Penulis,


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
          Pembahasan utama dalam kajian ilmu falak adalah penentuan awal waktu sholat, arah kiblat, dan hisab hakikat awal bulan dengan demikian pokok pembahasan ilmu falak terkait dengan persoalan ibadah. Sebagai bagian dari kegiatan ibadah, ilmu falak di prediksi masuk indonesia beriringan dengan masuknya agama islam ke indonesia.
Ilmu falak sebagai ilmu sains yang berkembang oleh umat islam mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu sains. Dalam sains kebenaran suatu teori itu bersifat relatif. Sebuah teori itu dianggap benar sampai datang teori baru yang meruntuhkannya. Sehingga teori yang lama digantikan dengan teori yang baru. Teori yang baru inipun akan bertahan sampai datang teori yang dapat meruntuhkannya dan seterusnya. Begitulah perkembangan sains.
Dalam penentuan arah kiblat, pada masa awal islam; dinyatakan sejak zaman nabi dan parah sahabat di kembangkan teori penentuan arah kiblat menggunakan benda langit pedoman. Ketika Nabi berada di madinah, beliu berijtihat salat menghadap keselatan. Posisi madinah yang berada di utara mekah menjadikan posisi arah ke ka’bah menghadap keselatan. Nabi menyatakan bahwa antara timur dan barat adalah kiblat.
Secara historis cara penentuan arah kiblat di indonesia berkembang sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual di kalangan kaum muslimin. Perkembangan penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar di masa Muhamad Arsyad al-Banjari dan kyai Ahmad Dahlan atau dapat dilihat pula dari alat-alat yang digunakan untuk mengukurnya, seperti miqyas: tongkat istiwa, rabu’ mujayyab, kompas, dan theodolit, selain itu sistem perhitungan yang digunakan juga mengalami perkembangan.
B.  Tujuan.
          Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing, selain itu juga untuk mengingatkan kembali kepada para mahasiswa bahwa hukum mempelajari ilmu Hisab Falak adalah fardhu kifayah yang apabila dalam satu kampung tidak ada yang mempelajari ilmu falak maka berdosa semua yang ada di kampung tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Falak
      Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.[1] Secara etimologi, kata Falak berasal dari bahasa Arab فلك yang mempunyai arti lintasan benda-benda langit atau bermakna Orbit dalam bahasa Inggris.
   Kata falak yang berarti orbit atau lintasan dan disebut juga dengan garis edar benda-benda langit dan bumi termasuk kategori benda langit. Dalam Al-qur’an kata falak yang berarti orbit atau garis edar ini tersebut dalam Al-quran, antara lain pada Qs.yasin ayat 40.
      Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam tulisan individu dan lembaga,  di antara lain adalah sebagai berikut:
1)        Kementerian Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.
2)        Muhammadiyah, ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.
3)        Nur Hidayatullah Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.
4)        Susiknan Azhari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.
5)        Muhyiddin Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.
      Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang masih memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam literature modern, materi ilmu falak khusus mengkaji tentang orbit benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang berkaitan dengan penentuan arah dan waktu di Bumi untuk keperluan ibadah saja, seperti penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal bulan dan perhitungan gerhana. Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang relevan dengan kajian ilmu falak selama ini adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lintasan benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah dan waktu di permukaan Bumi untuk keperluan ibadah umat Islam.
          Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak sering disamakan dengan ilmu nujum (astrologi). Menurut mereka, ilmu falak adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta, tidak dibedakan antara ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu falak dalam pengertian mitos (astrologi). Ini mungkin salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat Aceh dalam mempelajari dan mendalami ilmu falak di masa-masa awal pasca kemerdekaan, karena ada penggabungan asumsi antara makna ilmu falak sains dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat. Aktivitas kajian ilmu falak saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan dalam mempelajari ilmu nujum. Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena bila dilihat objek formal dan material antara ilmu falak dengan ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua ilmu ini juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang mendasar antara ilmu falak denga ilmu nujum adalah, ilmu falak mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan nasib baik buruk seseorang.
Ahli falak yang sangat terkenal sejak ratusan tahun lalu diantaranya adalah Khalifah Al-Ma’mun, Ulugh Beikh, Al-Batthany, Ibnu As-Syakir yang bahkan telah berhasil menyusun tabel-tabel penting untuk perhitungan secara tepat dan akurat.
      Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini menggunakan perhitungan. Disebut “ilmu rashd(الرصد) ”, sebab ilmu ini memerlukan pengamatan.
B. Objek Kajian Ilmu Falak
          Setiap disiplin ilmu pengetahuan harus memiliki objek material dam formal. Objek formal dan material menjadi syarat keilmuan untuk dapat disebut ilmu pengetahuan. Dengan demikian, setiap ilmu harus memiliki objek material dan objek formal termasuk ilmu falak.
          Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau sesuatu yang diteliti, baik sesuatu yang konkret atau yang abstrak. Sementara objek formal adalah cara pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mempelajari atau mengkaji objek material. Objek formal inilah yang membedakan cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Objek material suatu ilmu bisa sama, misalnya manusia, namun perspektif yang digunakan untuk mengkaji dan memahami manusia bisa berbeda, misalnya bisa psikologi, sosiologi, politik, ekonomi maupun antropologi.
          Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda langit, seperti Bumi, Bulan dan Matahari, karena benda-benda langitlah yang dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak. Sedangkan objek formalnya adalah lintasan atau orbit benda-benda langit, karena lintasan benda-benda langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak. Bila dilihat dari sisi objek material, maka ilmu falak memiliki kesamaan dengan ilmu lain, seperti astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi, karena sama-sama menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan atau penelitian, tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat benda-benda langit dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi ukuran dan jarak antara satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi susunan dan gambaran umun terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi asal-usul struktur dan hubungan ruang waktu dari alam semesta.
Kata Hisab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya hitungan, penghitungan, perkiraan. Hisab secara Etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu hisban, hisaaban, hisaabatan yang berarti menghitung. Sedangkan secara Terminologi hisab adalah ilmu yan mempelajari tentang lintasan-lintasan benda langit, di antaranya Bumi, Bulan, dan Matahari. Benda-benda langit tersebut berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing.
Istilah hisab sering kali digunakan dalam Ilmu Falak (Astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan Bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi sangat penting bagi umat islam karena matahari merupakan patokan dalam menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal yang merupakan petanda masuknya periode bulan baru pada bulan Hijriyah. Hal ini penting terutama dalam menentukan awal ramadhan saat umat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), saat awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), dan saat Idul Adha (10 Dzulhijjah).[2]
“ tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.  pada ayat al-Qur’an tersebut disebutkan bahwa Allah-lah yang menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan, masing masing dari keduannya beredar pada garis edarnya. Dan Sedangkan Ilmu falak ialah ilmu yang mmpelajari seluk  beluk benda-benda langit dari segi  bentuk, ukuran, keadaan fisik, posisi, gerakan, dan saling hubungan antara yang satu dengan  lainnya
          Keterangan mengenai seluk beluk benda-benda langit tersebut dapat diketahui berkat penyelidikan-penyelidikan dengan pertologan ilmu astronomi atau ilmu bintang yang meliputi:
1)        Astronomi. Menentukan tempat kedudukan di bumi dan langit, menentukan jarak di bumi dan di angkasa raya, dan menenukan besarnya benda-benda langit.
2)        Astrilogi. Mempelajari benda-benda langit yang terkait dengan nasib baik dan buruk manusia.
3)        Astrometrika. Mempelajari ukuran ukuran benda langit dan jarak benda langit antara yang satu dengan yang lain.
4)        Astronomekanika. Menyilidiki keadaan gerakan-gerakan, seperti rotasi, lintasan-lintasan benda langit, perubahan-perubahan dalam benda itu, dan hukum-hukum yang mempengaruhi gerakan- gerakan itu.
5)        Astrofisika. Menyelidiki ihwal benda-benda langit, suhunya, campuran-campuran atmosfir, dan sebagainya.
6)        Kosmogoni. Mempelajari dan menyelidiki bangun dan bentuk serta perubahan-perubahan jagat raya.
7)        Kosmologi. Mempelajari bentuk, kata himpunan, sifat-sifat dan perluasan benda langit.
       Ilmu falak yang berarti pengetahuan tentang bidang edar ini disebut juga kosmografi yang berarti “ catatan tentang alam semesta”, (kosmos= alam semesta; graphein= menulis). Disamping itu oleh karena kegiatan yang paling menonjol di dalam ilmu ini adalah menghitung, maka ia disebut dengan ilmu Hisab.

C.  Ruang Lingkup Pembahasan
          Secara garis besar Ilmu Falak atau Ilmu Hisab dapat dikelompokkan pada dua macam, yaitu ‘ilmiy dan amaly.
1.      Ilmu Falak ‘Ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan konsep benda-benda langit, misalnya dari asal muasal kejadiannya (cosmogony), bentuk dan tata himpunannya (cosmologi), jumlah anggotanya (cosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometrik), gerak dan daya tariknya (astromekanik), dan kandungan unsur-unsurnya (astrofisika). Ilmu falak yang demikian ini disebut Theoritical Astronomy.
2.      Sedangkan ilmu falak ‘amaly adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu falak ‘amaly ini disebut Practical Astronomy. Ilmu falak ‘amaly inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Meskipun objek pembahasan ilmu falak ‘amaly ini mengenai kedudukan benda-benda langit terutama matahari beserta planet-planetnya (sistim tata surya), tetapi pembahasan dan kegiatan dalam ilmu falak hanyalah terbatas pada pembahasan mengenai peredaran bumi, matahari dan bulan saja, karena peredaran ketiga benda langit inilah yang mempunyai sangkut paut dengan pembahasan Ilmu Falak untuk pelaksanaan ibadah.
Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya Ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:
1.      Arah kiblat dan bayangan arah kiblat
2.      Waktu-waktu sholat
3.      Awal bulan hijriyyah
4.      Gerhana matahari dan bulan.
Ilmu Falak membahas arah kiblat pada dasarnya adalah menghitung besaran sudut yang diapit oleh garis meridian yang melewati suatu tempat yang dihitug arah kiblatnya dengan lingkaran besar yang melewati tempat yang bersangkutan dan ka’bah, serta menghitung jam berapa matahari itu memotong jalur menuju ka’bah.
Sedangkan ilmu falak membahas waktu-waktu sholat padaa dasarnya adalah menghitung tenggang waktu antara ketika matahari berada di titik kulminasi atas dengan waktu ketika matahari berkedudukan pada awal waktu-waktu sholat.
Pembahsan awal bulan dalam ilmu falak adalah menghitung waktu terjadinya ijtima’(konjungsi) yakni posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi, serta menghitung posisi bulan ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi itu.
Pembahasan gerhana adalah menghitung waktu terjadinya kontak antara matahari dan bulan, yakni kapan bulan mulai menutupi matahari  dan lepas darinya pada gerhana gerhana matahari, serta kapan pula bulan mulai masuk pada umbra bayangan bumi serta keluar darinya pada gerhana bulan.[3]  
D.  Landasan ilmu falak   
          Fenomena astronomi banyak terulas dalam al- Qur’an, ini merupakan bukti bahwa al-Qur’an menganjurkan kepada manusia untuk merenungi fenomena alam. Al-Qur’an dalam konstruksinya selain berisi tentang hidayah, akidah, ibadah dan sejarah, juga berisi dan bernuansa ilmu pengetahuan , meski al-Qur’an tidak disebut sebagai kitab ilmu pengetahuan. Cukup banyak temuan-temuan terkini yang terdeteksi melalui al-Qur’an. Sejatinya pula al-Qur’an tidak menghambat laju kemajuan ilmu pengetahuan, namun penemuan dan penelitian ilmiah yang bersifat relatif tidak harus dilegalisir oleh al-Qur’an karena al-Qur’an bukan buku ilmu pengetahFenomena astronomi (falak) banyak tertera dalam al-Qur’an yang pada kenyataannya sangat terkait dengan aktifitas manusia. Sumbangsih terbesar ilmu falak dalam Islam adalah peranannya dalam penentuan waktu-waktu ibadah.
Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan bidang Ilmu Falak seperti :
[1.] QS. Al An’am [06] ayat 96:
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
[2.] QS. Yunus [10] ayat 05:
Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.
[3.] QS. Al Baqarah [2] ayat 189:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa, dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.
Ketiga ayat diatas secara zahir menyatakan bahwa perhitungan bilangan tahun dan perhitungan waktu-waktu lainnya adalah melalui pergerakan matahari dan bulan, dan QS. Al-Baqarah [02] ayat 189 diatas menegaskan perbedaan kalender Islam dengan kalender lainnya.
Di dalam al-Qur´an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang peredaran matahari dan bulan yang menandakan adanya rotasi-revolusi bumi dan matahari, antara lain:
[4.] QS. Ar Ra’du [13] ayat 02:
Artinya: “Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”.
[5.] QS. Ibrahim [14] ayat 33
Artinya: “Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang”.
[6.] QS. Ar-Rahman [55] ayat 05:
Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” [7.] QS. At-Takwir [81] ayat 15-16:
Artinya: “Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam”
[8.] QS. Yasin [36] ayat 38:
Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
[9.] QS. Al-Anbiya’ [21] ayat 33:
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”.
[10.] QS. Yasin [36] ayat 40:
Artinya: “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”.[4]
E.   Tujuan mempelajari ilmu falak
          Ilmu falak digunakan oleh orang-orang islam untuk menentukan waktu sholat,arah kiblat, dan menentukan awal bula hijriyah. Kegunaan ilmu falak ini diperhatikan oleh Nabi Saw.
          Dan dalam mempelajari ilmu falak pada dasarnya mempunyai dua kepentingan yang saling berkaitan. Pertama, untuk menguasai dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, untuk keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah, seperti sholat, puasa, dan haji. keperluan yang kedua ini meliputi penentuan arah kiblat, penentuan waktu sholat yang lima, penentuan awal bulan qomariah untuk puasa, haji dan hari-hari besar islam, serta untuk penentuan saat terjadinya peristiwa gerhana(bulan dan matahari).
F.   Sejarah ilmu falak
          Menurut zubair umar al-jailani sebagai mana dikutip oleh murtadho, penemu ilmu falak adalah Nabi idris As. Hal ini juga disebut dalam beberapa Muqadimah buku-buku ilmu falak.
Dalam bidang ilmu pengetahuan terutama kajian bidang astronomi-astrologi, peradaban bangsa sumeria yang telah muncul sekitar tahun 4500 SM di perkirakan merupakan pelopor bagi peradaban sesudahnya. Peradaban bangsa babilonia (irak selatan) adalah penerus peradapan sumeria yang pada saat itu memiliki pengaruh yang sangat kuat. bangsa babilonia dikenal di miliki minat yang sangat besar terhadap ilmu-ilmu exsperimental sehingga membuat peradaban ini   bertahan lama dan berkrmbang dalam perjalanan sejarah. Konstribusi besar dan merupakan hasil kreatifitas bangsa babilonia yang masih tersisah hingga saat ini adalah astrologi. Astrologi lahir sekitar 2000 tahun SM di lembah mesopotamia (diantara sungai Eufrat dan Tigris).
Astronomi dan Astrologi adalah dua bidang berbeda, meskipun keduanya memiliki objek yang sama, yaitu mempelajari sistem-sitem peradaran benda-benda langit astrologi mempelajari pengaruh kedudukan rasi bintang (zidiak), pelanet, matahari dan bulan dengan karakter dan nasib seseorang. Sedangkan astronomi tidak hanya mempelajari pelanet, matahari, bulan, bintang, tapi juga galaksi, black hole (lubang hitam), pulsar, dan benda-benda angkasa lainnya. Astronomi mempelajari alam dari sudut pandang fisika,matematika dan hukum-hukum alamnya antara lain:
1)   Astronomi babilonia
     Di antara kontribusi Babilonia yang sangat bermanfaat di masa kini adalah telah diciptakannya tabel-tabel peredaran benda-benda langit,kalender pergantian musim, perubahan wajah bulan, pemetaan langit, dan peramalan terjadinya Gerhana yang merupakan embrio bagi astronomi modern.
2)   Astronomi Mesir Kuno
     Retkait dengan  bidang astronomi, bangsa mesir kuno memang tidak memiliki perhatian yang sanyat besar terhadap obserfasi Gerhana dan gerakan bulan dan pelanet-pelat lainnya, namun bangsa mesir kuno memiliki kepercayaan yang mengakar dalam hal penanggalan.
3)   Astronomi India dan Persia
     Bangsa India dan Persia memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi peradapan dunia.  Dari dua peradapan inilah secara langsung muncullah ilmu falak Arab(islam), disamping peradaban yunani kuno yang telah menancapkan pengaruhnya dengn kuat.
4)   Astronomi Yunani Kuno
     Pengamatan terhadap fenomena alam telah dilakukan dulu oleh Babilonia,Tiongkok, Mesir Kuno,dll. Namun astronomi sebagai ilmu pengetahuan yang sistematis baru berkembang pada zaman peradaban yunani pada abad ke-6 Sm.
5)   Astronomi (Ilmu Falak) Pada Masa Islam
     Beberapa rangkaian ibadah dalam islam terkait dengan peradaban benda-benda langit. yang berkaitan dengan masalah-masalh ibadah,  seperti misalnya sholayang terkait dengan pengedaran matahari dan puasa terkait dengan hilal (peradaban Bulan) dan haji.keperluan ini bersifat pragmeantis dan turut menentukan sahnya amal ibadah. dan Hal ini tentu saja mendorong umat islam untuk mempelajari ilmu astronomi, disamping ilmu ini memiliki manfaat lain untuk hal yang non ibadah.
6)   Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia
Sejak mencatat bahwa sebelum datangnya islam di indinesia telah tumbuh perhitungan tahun jawa,Hindu atau tahun Saka.ini menunjukkan bahwa orang-orang di indonesia sudah memiliki perhatian terhadap salah satu objek kajian ilmu falak (kalender).
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
          Ilmu falak merupakan ilmu yang samgat penting dalam kehidupan kita. Karena dengan ilmu falak orang dapat memastikan kemana arah kiblat suatu tempat di permukaan bumi. Dengan ilmu falak pula prang dapat memastikan waktu sholat. Ilmu falak juga mempermuda orang yang rukyatul hilal dapat mengetahui di mana posisi hilal berada dengan demikian, ilmu hisap mempunyai peran yang sangat pentinga dalam pelaksanaan ibadah umat islam.
          Demikian makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas ilmu Hadits tarbawi. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran yangkonstruktif sangat kami butuhkan  guna kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.


 DAFTAR PUSTAKA

Musonif Ahmad. 2011.Ilmu Falak,Yogyakarta: penerbit Teras.
Azhari Susikna .2001 .Ilmu Falak Teoti dan Praktek,Yogyakarta: LAZUARDI.
Ghufron-dimyati, 2016, dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan. Http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/03/ht-m-6-ilmu-falak.html jumat, 25 maret 2016, diakse pada rabu 12 september 2018 pukul 18.30
Ismail Alfalaky, 2014, filsafat ilmu falak: pengertian dan objek kajian ilmu falak. http://ismail-alfalaky.blogspot.com/2014/12/filsafat-ilmu-falak-pengertian-dan.html,  Senin, 15 Desember 2014. diakse pada rabu 12 september 2018 pukul 17.40.
https://almaidahfalak.wordpress.com/2015/04/13/al-quran-ilmu-falak/



[1]  Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan Peradaban Dunia, Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
AHYADIN RITE AMBALAWI © 2016-2020