MAKALAH
ILMU FALAK
Tentang
: Hakekat ilmu falak
Ahyadin
“Makalah ini diajukan kepada dosen
pengampu
Sebagai salah satu syarat memperoleh
nilai tugas
mata kuliah ilmu falak”
Dosen pengampu
M.
Yunan putra Lc. MHi
INSTITUT AGAMA ISLAM
(IAI) MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI AKHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
BIMA
2018
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdullah kami panjatkan
Allah SWT Tuhan semesta alam. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan ke
baginda Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Aamiin
Pada kesempatan kali ini akan berusaha
mencoba membahas materi Ilmu falak yang dimana berisi tentang apa itu ilmu
falak serta objek dan ruang lingkupnya. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini di sajikan berdasarkan
rangkuman dari hasil pengamatan yang bersumber dari berbagai informasi,
referensi, dan berita, Kami sadar
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran yang konstruktif
sangat kami harapkan.
Bima,
14 September 2018
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembahasan utama dalam kajian ilmu
falak adalah penentuan awal waktu sholat, arah kiblat, dan hisab hakikat awal
bulan dengan demikian pokok pembahasan ilmu falak terkait dengan persoalan
ibadah. Sebagai bagian dari kegiatan ibadah, ilmu falak di prediksi masuk indonesia
beriringan dengan masuknya agama islam ke indonesia.
Ilmu
falak sebagai ilmu sains yang berkembang oleh umat islam mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan ilmu sains. Dalam sains kebenaran suatu teori itu
bersifat relatif. Sebuah teori itu dianggap benar sampai datang teori baru yang
meruntuhkannya. Sehingga teori yang lama digantikan dengan teori yang baru.
Teori yang baru inipun akan bertahan sampai datang teori yang dapat meruntuhkannya
dan seterusnya. Begitulah perkembangan sains.
Dalam
penentuan arah kiblat, pada masa awal islam; dinyatakan sejak zaman nabi dan
parah sahabat di kembangkan teori penentuan arah kiblat menggunakan benda
langit pedoman. Ketika Nabi berada di madinah, beliu berijtihat salat menghadap
keselatan. Posisi madinah yang berada di utara mekah menjadikan posisi arah ke
ka’bah menghadap keselatan. Nabi menyatakan bahwa antara timur dan barat adalah
kiblat.
Secara
historis cara penentuan arah kiblat di indonesia berkembang sesuai dengan
kualitas dan kapasitas intelektual di kalangan kaum muslimin. Perkembangan
penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar di masa Muhamad
Arsyad al-Banjari dan kyai Ahmad Dahlan atau dapat dilihat pula dari alat-alat
yang digunakan untuk mengukurnya, seperti miqyas: tongkat istiwa, rabu’
mujayyab, kompas, dan theodolit, selain itu sistem perhitungan yang digunakan
juga mengalami perkembangan.
B. Tujuan.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing, selain itu juga untuk mengingatkan kembali kepada para mahasiswa bahwa hukum mempelajari ilmu Hisab Falak adalah fardhu kifayah yang apabila dalam satu kampung tidak ada yang mempelajari ilmu falak maka berdosa semua yang ada di kampung tersebut.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing, selain itu juga untuk mengingatkan kembali kepada para mahasiswa bahwa hukum mempelajari ilmu Hisab Falak adalah fardhu kifayah yang apabila dalam satu kampung tidak ada yang mempelajari ilmu falak maka berdosa semua yang ada di kampung tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ilmu Falak
Ilmu falak merupakan ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan dengan
benda-benda langit seperti Bumi, Bulan dan Matahari.[1] Secara
etimologi, kata Falak berasal dari bahasa Arab فلك yang
mempunyai arti lintasan benda-benda langit atau bermakna Orbit dalam
bahasa Inggris.
Kata falak yang berarti orbit atau lintasan
dan disebut juga dengan garis edar benda-benda langit dan bumi termasuk
kategori benda langit. Dalam Al-qur’an kata falak yang berarti orbit atau garis
edar ini tersebut dalam Al-quran, antara lain pada Qs.yasin ayat 40.
Adapun secara terminologi, dapat dikemukakan beberapa definisi yang ada dalam
tulisan individu dan lembaga, di antara lain adalah sebagai berikut:
1)
Kementerian
Agama RI, ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan benda-benda
langit, di antaranya Bumi, Bulan dan Matahari.
2)
Muhammadiyah,
ilmu falak sepadan maknanya dengan ilmu haiah dan ilmu astronomi, yaitu ilmu
pengetahuan yang mengkaji posisi-posisi geometris benda-benda langit guna
menentukan penjadwalan waktu di muka Bumi.
3)
Nur Hidayatullah
Al-Banjari, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan eksak yang objeknya berkaitan
dengan Bumi, Bulan, Matahari dan benda-benda langit lainnya.
4)
Susiknan Azhari,
ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda
langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang dan benda-benda langit
lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu
serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.
5)
Muhyiddin
Khazin, ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan
benda-benda langit, khususnya Bumi, Bulan dan Matahari pada orbitnya
masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu
dengan yang lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan Bumi.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa ada yang sudah menyempitkan objek
kajian ilmu falak pada lintasan Bumi, Bulan dan Matahari saja, ada juga yang
masih memperluas cakupannya hingga ke planet-planet lain. Bila dilihat dalam
literature modern, materi ilmu falak khusus mengkaji
tentang orbit benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari dan
bintang-bintang yang berkaitan dengan penentuan arah dan waktu di Bumi untuk
keperluan ibadah saja, seperti penentuan arah kiblat, awal waktu salat, awal
bulan dan perhitungan gerhana. Oleh karena itu, definisi ilmu falak yang
relevan dengan kajian ilmu falak selama ini adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang lintasan benda-benda langit seperti, Bumi, Bulan, Matahari
dan bintang-bintang agar dapat diketahui arah dan waktu di permukaan Bumi untuk
keperluan ibadah umat Islam.
Dalam masyarakat Aceh, ilmu falak
sering disamakan dengan ilmu nujum (astrologi). Menurut mereka, ilmu falak
adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan
alam semesta, tidak dibedakan antara ilmu falak dalam pengertian sains dan ilmu
falak dalam pengertian mitos (astrologi). Ini mungkin salah satu penyebab
kurangnya minat masyarakat Aceh dalam mempelajari dan mendalami ilmu falak di
masa-masa awal pasca kemerdekaan, karena ada penggabungan asumsi antara makna
ilmu falak sains dan ilmu falak mitos (ilmu nujum) dalam masyarakat.
Aktivitas kajian ilmu falak saat itu dapat dihentikan oleh pemahaman pelarangan
dalam mempelajari ilmu nujum. Peristiwa ini suatu hal yang wajar karena
bila dilihat objek formal dan material antara ilmu falak dengan
ilmu nujum sama. Objek material ilmu falak dan
ilmu nujum adalah benda-benda langit, begitu pula objek formal kedua
ilmu ini juga sama, yaitu lintasan (orbit) benda-benda langit. Perbedaan yang
mendasar antara ilmu falak denga ilmu nujum adalah, ilmu falak
mempelajari lintasan benda-benda langit untuk penentuan arah dan waktu di
permukaan Bumi, sedangakan ilmu nujum mempelajari lintasan benda-benda langit
untuk penentuan peristiwa-peristiwa baik dan buruk di Bumi, seperti bencana dan
nasib baik buruk seseorang.
Ahli
falak yang sangat terkenal sejak ratusan tahun lalu diantaranya adalah Khalifah
Al-Ma’mun, Ulugh Beikh, Al-Batthany, Ibnu As-Syakir yang bahkan telah berhasil menyusun
tabel-tabel penting untuk perhitungan secara tepat dan akurat.
Ilmu ini juga memiliki beberapa sebutan, disebut dengan “ilmu falak”, sebab
mempelajari lintasan benda-benda langit. Disebut “ilmu hisab”, karena ilmu ini
menggunakan perhitungan. Disebut “ilmu rashd(الرصد) ”, sebab ilmu ini memerlukan pengamatan.
B.
Objek Kajian Ilmu Falak
Setiap disiplin ilmu pengetahuan harus
memiliki objek material dam formal. Objek formal dan material menjadi syarat
keilmuan untuk dapat disebut ilmu pengetahuan. Dengan demikian, setiap ilmu
harus memiliki objek material dan objek formal termasuk ilmu falak.
Objek material adalah sesuatu yang
dijadikan sasaran kajian atau penyelidikan atau sesuatu yang diteliti, baik
sesuatu yang konkret atau yang abstrak. Sementara objek formal adalah cara
pandang dan perspektif yang digunakan oleh seorang peneliti dalam mempelajari
atau mengkaji objek material. Objek formal inilah yang membedakan cabang ilmu
yang satu dengan lainnya. Objek material suatu ilmu bisa sama, misalnya
manusia, namun perspektif yang digunakan untuk mengkaji dan memahami manusia
bisa berbeda, misalnya bisa psikologi, sosiologi, politik, ekonomi maupun
antropologi.
Dengan demikian, dapat dipastikan
bahwa objek material ilmu falak adalah benda-benda langit, seperti Bumi, Bulan
dan Matahari, karena benda-benda langitlah yang dijadikan sasaran kajian atau
penyelidikan atau penelitian dalam ilmu falak. Sedangkan objek formalnya adalah
lintasan atau orbit benda-benda langit, karena lintasan benda-benda
langitlah yang dijadikan cara pandang ilmu falak. Bila dilihat dari sisi objek
material, maka ilmu falak memiliki kesamaan dengan ilmu lain, seperti
astrofisika, astromekanik, kosmografi dan kosmologi, karena sama-sama
menjadikan benda-benda langit sebagai sasaran penyelidikan atau penelitian,
tetapi objek formalnya yang berbeda. Astrofisika melihat benda-benda langit
dari segi ilmu alam dan kimia. Astromekanik, dari segi ukuran dan jarak antara
satu benda langit dengan lainnya. Kosmografi, dari segi susunan dan gambaran
umun terhadap benda-benda langit. Kosmologi, dari segi asal-usul struktur dan
hubungan ruang waktu dari alam semesta.
Kata
Hisab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya hitungan,
penghitungan, perkiraan. Hisab secara Etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu
hisban, hisaaban, hisaabatan yang berarti menghitung. Sedangkan secara
Terminologi hisab adalah ilmu yan mempelajari tentang lintasan-lintasan benda
langit, di antaranya Bumi, Bulan, dan Matahari. Benda-benda langit tersebut
berjalan sesuai dengan orbitnya masing-masing.
Istilah hisab sering kali digunakan dalam Ilmu Falak (Astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan Bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi sangat penting bagi umat islam karena matahari merupakan patokan dalam menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal yang merupakan petanda masuknya periode bulan baru pada bulan Hijriyah. Hal ini penting terutama dalam menentukan awal ramadhan saat umat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), saat awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), dan saat Idul Adha (10 Dzulhijjah).[2]
Istilah hisab sering kali digunakan dalam Ilmu Falak (Astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan Bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi sangat penting bagi umat islam karena matahari merupakan patokan dalam menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal yang merupakan petanda masuknya periode bulan baru pada bulan Hijriyah. Hal ini penting terutama dalam menentukan awal ramadhan saat umat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), saat awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah), dan saat Idul Adha (10 Dzulhijjah).[2]
“
tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. pada ayat al-Qur’an tersebut disebutkan bahwa
Allah-lah yang menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan, masing masing
dari keduannya beredar pada garis edarnya. Dan Sedangkan Ilmu falak ialah ilmu
yang mmpelajari seluk beluk benda-benda langit dari
segi bentuk, ukuran, keadaan fisik, posisi, gerakan, dan saling
hubungan antara yang satu dengan lainnya
Keterangan
mengenai seluk beluk benda-benda langit tersebut dapat diketahui berkat
penyelidikan-penyelidikan dengan pertologan ilmu astronomi atau ilmu bintang
yang meliputi:
1)
Astronomi.
Menentukan tempat kedudukan di bumi dan langit, menentukan jarak di bumi dan di
angkasa raya, dan menenukan besarnya benda-benda langit.
2)
Astrilogi.
Mempelajari benda-benda langit yang terkait dengan nasib baik dan buruk
manusia.
3)
Astrometrika.
Mempelajari ukuran ukuran benda langit dan jarak benda langit antara yang satu
dengan yang lain.
4)
Astronomekanika.
Menyilidiki keadaan gerakan-gerakan, seperti rotasi, lintasan-lintasan benda
langit, perubahan-perubahan dalam benda itu, dan hukum-hukum yang mempengaruhi
gerakan- gerakan itu.
5)
Astrofisika.
Menyelidiki ihwal benda-benda langit, suhunya, campuran-campuran atmosfir, dan
sebagainya.
6)
Kosmogoni.
Mempelajari dan menyelidiki bangun dan bentuk serta perubahan-perubahan jagat
raya.
7)
Kosmologi.
Mempelajari bentuk, kata himpunan, sifat-sifat dan perluasan benda langit.
Ilmu
falak yang berarti pengetahuan tentang bidang edar ini disebut juga kosmografi
yang berarti “ catatan tentang alam semesta”, (kosmos= alam semesta; graphein=
menulis). Disamping itu oleh karena kegiatan yang paling menonjol di dalam ilmu
ini adalah menghitung, maka ia disebut dengan ilmu Hisab.
C. Ruang
Lingkup Pembahasan
Secara
garis besar Ilmu Falak atau Ilmu Hisab dapat dikelompokkan pada dua macam,
yaitu ‘ilmiy dan amaly.
1. Ilmu
Falak ‘Ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan konsep benda-benda langit,
misalnya dari asal muasal kejadiannya (cosmogony), bentuk dan tata
himpunannya (cosmologi), jumlah anggotanya (cosmografi), ukuran dan
jaraknya (astrometrik), gerak dan daya tariknya (astromekanik), dan
kandungan unsur-unsurnya (astrofisika). Ilmu falak yang demikian ini
disebut Theoritical Astronomy.
2. Sedangkan
ilmu falak ‘amaly adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui
posisi dan kedudukan benda langit antara satu dengan yang lainnya. Ilmu falak
‘amaly ini disebut Practical Astronomy. Ilmu falak ‘amaly inilah yang oleh
masyarakat umum dikenal dengan Ilmu Falak atau Ilmu Hisab.
Meskipun
objek pembahasan ilmu falak ‘amaly ini mengenai kedudukan benda-benda langit
terutama matahari beserta planet-planetnya (sistim tata surya), tetapi
pembahasan dan kegiatan dalam ilmu falak hanyalah terbatas pada pembahasan
mengenai peredaran bumi, matahari dan bulan saja, karena peredaran ketiga benda
langit inilah yang mempunyai sangkut paut dengan pembahasan Ilmu Falak
untuk pelaksanaan ibadah.
Bahasan
Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan
pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya Ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang,
yakni:
1. Arah
kiblat dan bayangan arah kiblat
2. Waktu-waktu
sholat
3. Awal
bulan hijriyyah
4. Gerhana
matahari dan bulan.
Ilmu
Falak membahas arah kiblat pada dasarnya adalah menghitung besaran sudut yang
diapit oleh garis meridian yang melewati suatu tempat yang dihitug arah
kiblatnya dengan lingkaran besar yang melewati tempat yang bersangkutan dan
ka’bah, serta menghitung jam berapa matahari itu memotong jalur menuju ka’bah.
Sedangkan
ilmu falak membahas waktu-waktu sholat padaa dasarnya adalah menghitung
tenggang waktu antara ketika matahari berada di titik kulminasi atas dengan
waktu ketika matahari berkedudukan pada awal waktu-waktu sholat.
Pembahsan
awal bulan dalam ilmu falak adalah menghitung waktu terjadinya ijtima’(konjungsi)
yakni posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi, serta
menghitung posisi bulan ketika matahari terbenam pada hari terjadinya konjungsi
itu.
Pembahasan
gerhana adalah menghitung waktu terjadinya kontak antara matahari dan bulan,
yakni kapan bulan mulai menutupi matahari dan lepas darinya pada gerhana gerhana
matahari, serta kapan pula bulan mulai masuk pada umbra bayangan bumi serta
keluar darinya pada gerhana bulan.[3]
D. Landasan ilmu falak
Fenomena astronomi banyak terulas
dalam al- Qur’an, ini merupakan bukti bahwa al-Qur’an menganjurkan kepada
manusia untuk merenungi fenomena alam. Al-Qur’an dalam konstruksinya selain
berisi tentang hidayah, akidah, ibadah dan sejarah, juga berisi dan bernuansa
ilmu pengetahuan , meski al-Qur’an tidak disebut sebagai kitab ilmu
pengetahuan. Cukup banyak temuan-temuan terkini yang terdeteksi melalui
al-Qur’an. Sejatinya pula al-Qur’an tidak menghambat laju kemajuan ilmu
pengetahuan, namun penemuan dan penelitian ilmiah yang bersifat relatif tidak harus
dilegalisir oleh al-Qur’an karena al-Qur’an bukan buku ilmu pengetahFenomena
astronomi (falak) banyak tertera dalam al-Qur’an yang pada kenyataannya sangat
terkait dengan aktifitas manusia. Sumbangsih terbesar ilmu falak dalam Islam
adalah peranannya dalam penentuan waktu-waktu ibadah.
Di
dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan bidang Ilmu
Falak seperti :
[1.]
QS. Al An’am [06] ayat 96:
Artinya:
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang
maha perkasa lagi maha mengetahui”.
[2.]
QS. Yunus [10] ayat 05:
Artinya:
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak, Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.
[3.]
QS. Al Baqarah [2] ayat 189:
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji, dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa, dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.
Ketiga
ayat diatas secara zahir menyatakan bahwa perhitungan bilangan tahun dan
perhitungan waktu-waktu lainnya adalah melalui pergerakan matahari dan bulan,
dan QS. Al-Baqarah [02] ayat 189 diatas menegaskan perbedaan kalender Islam
dengan kalender lainnya.
Di
dalam al-Qur´an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan tentang peredaran
matahari dan bulan yang menandakan adanya rotasi-revolusi bumi dan matahari,
antara lain:
[4.]
QS. Ar Ra’du [13] ayat 02:
Artinya:
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”.
[5.]
QS. Ibrahim [14] ayat 33
Artinya:
“Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang”.
[6.]
QS. Ar-Rahman [55] ayat 05:
Artinya:
“Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” [7.] QS. At-Takwir [81]
ayat 15-16:
Artinya:
“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam”
[8.]
QS. Yasin [36] ayat 38:
Artinya:
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha
perkasa lagi maha mengetahui”.
[9.]
QS. Al-Anbiya’ [21] ayat 33:
Artinya:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”.
[10.]
QS. Yasin [36] ayat 40:
Artinya:
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”.[4]
E. Tujuan
mempelajari ilmu falak
Ilmu falak digunakan oleh orang-orang
islam untuk menentukan waktu sholat,arah kiblat, dan menentukan awal bula
hijriyah. Kegunaan ilmu falak ini diperhatikan oleh Nabi Saw.
Dan dalam mempelajari ilmu falak pada
dasarnya mempunyai dua kepentingan yang saling berkaitan. Pertama, untuk
menguasai dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, untuk
keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah, seperti sholat, puasa, dan
haji. keperluan yang kedua ini meliputi penentuan arah kiblat, penentuan waktu
sholat yang lima, penentuan awal bulan qomariah untuk puasa, haji dan hari-hari
besar islam, serta untuk penentuan saat terjadinya peristiwa gerhana(bulan dan
matahari).
F.
Sejarah ilmu
falak
Menurut zubair umar al-jailani sebagai
mana dikutip oleh murtadho, penemu ilmu falak adalah Nabi idris As. Hal ini
juga disebut dalam beberapa Muqadimah buku-buku ilmu falak.
Dalam
bidang ilmu pengetahuan terutama kajian bidang astronomi-astrologi, peradaban
bangsa sumeria yang telah muncul sekitar tahun 4500 SM di perkirakan merupakan
pelopor bagi peradaban sesudahnya. Peradaban bangsa babilonia (irak selatan)
adalah penerus peradapan sumeria yang pada saat itu memiliki pengaruh yang
sangat kuat. bangsa babilonia dikenal di miliki minat yang sangat besar
terhadap ilmu-ilmu exsperimental sehingga membuat peradaban
ini bertahan lama dan berkrmbang dalam perjalanan sejarah.
Konstribusi besar dan merupakan hasil kreatifitas bangsa babilonia yang masih
tersisah hingga saat ini adalah astrologi. Astrologi lahir sekitar 2000 tahun
SM di lembah mesopotamia (diantara sungai Eufrat dan Tigris).
Astronomi
dan Astrologi adalah dua bidang berbeda, meskipun keduanya memiliki objek yang
sama, yaitu mempelajari sistem-sitem peradaran benda-benda langit astrologi
mempelajari pengaruh kedudukan rasi bintang (zidiak), pelanet, matahari dan
bulan dengan karakter dan nasib seseorang. Sedangkan astronomi tidak hanya
mempelajari pelanet, matahari, bulan, bintang, tapi juga galaksi, black hole
(lubang hitam), pulsar, dan benda-benda angkasa lainnya. Astronomi mempelajari
alam dari sudut pandang fisika,matematika dan hukum-hukum alamnya antara lain:
1) Astronomi
babilonia
Di antara kontribusi Babilonia yang sangat bermanfaat di masa
kini adalah telah diciptakannya tabel-tabel peredaran benda-benda
langit,kalender pergantian musim, perubahan wajah bulan, pemetaan langit, dan
peramalan terjadinya Gerhana yang merupakan embrio bagi astronomi modern.
2) Astronomi
Mesir Kuno
Retkait dengan bidang astronomi, bangsa mesir kuno
memang tidak memiliki perhatian yang sanyat besar terhadap obserfasi Gerhana
dan gerakan bulan dan pelanet-pelat lainnya, namun bangsa mesir kuno memiliki
kepercayaan yang mengakar dalam hal penanggalan.
3) Astronomi
India dan Persia
Bangsa India dan Persia memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi
peradapan dunia. Dari dua peradapan inilah secara langsung
muncullah ilmu falak Arab(islam),
disamping peradaban yunani kuno yang telah menancapkan pengaruhnya dengn kuat.
4) Astronomi
Yunani Kuno
Pengamatan terhadap fenomena alam telah
dilakukan dulu oleh Babilonia,Tiongkok, Mesir Kuno,dll. Namun astronomi sebagai
ilmu pengetahuan yang sistematis baru berkembang pada zaman peradaban yunani
pada abad ke-6 Sm.
5) Astronomi
(Ilmu Falak) Pada Masa Islam
Beberapa rangkaian ibadah dalam islam terkait dengan peradaban
benda-benda langit. yang berkaitan dengan
masalah-masalh ibadah, seperti misalnya sholayang terkait dengan
pengedaran matahari dan puasa terkait dengan hilal (peradaban Bulan) dan
haji.keperluan ini bersifat pragmeantis dan turut menentukan sahnya amal
ibadah. dan Hal ini tentu saja mendorong umat islam untuk mempelajari ilmu
astronomi, disamping ilmu ini memiliki manfaat lain untuk hal yang non ibadah.
6) Perkembangan
Ilmu Falak di Indonesia
Sejak mencatat bahwa
sebelum datangnya islam di indinesia telah tumbuh perhitungan tahun jawa,Hindu
atau tahun Saka.ini menunjukkan bahwa orang-orang di indonesia sudah memiliki
perhatian terhadap salah satu objek kajian ilmu falak (kalender).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu falak merupakan ilmu yang samgat
penting dalam kehidupan kita. Karena dengan ilmu falak orang dapat memastikan
kemana arah kiblat suatu tempat di permukaan bumi. Dengan ilmu falak pula prang
dapat memastikan waktu sholat. Ilmu falak juga mempermuda orang yang rukyatul
hilal dapat mengetahui di mana posisi hilal berada dengan demikian, ilmu hisap
mempunyai peran yang sangat pentinga dalam pelaksanaan ibadah umat islam.
Demikian makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas ilmu Hadits tarbawi. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran yangkonstruktif sangat kami
butuhkan guna kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi yang membacanya.
Musonif Ahmad.
2011.Ilmu Falak,Yogyakarta: penerbit Teras.
Azhari Susikna .2001
.Ilmu Falak Teoti dan Praktek,Yogyakarta: LAZUARDI.
Ghufron-dimyati, 2016, dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/03/ht-m-6-ilmu-falak.html
jumat, 25 maret 2016, diakse pada rabu 12 september 2018 pukul 18.30
Dindin
Syawaluddin, 2011, tujuan mempelajari ilmu falak dan cara mendalaminya menurut petunjuk
al-sunah. http://sakirman01.blogspot.com/2011/12/tujuan-mempelajari-ilmu-falak-dan-cara.html1.
diakse pada rabu 12
september 2018 pukul 17.47.
Ismail
Alfalaky, 2014, filsafat ilmu falak: pengertian dan objek
kajian ilmu falak. http://ismail-alfalaky.blogspot.com/2014/12/filsafat-ilmu-falak-pengertian-dan.html,
Senin, 15 Desember 2014. diakse pada rabu 12 september
2018 pukul 17.40.
Sumber :
www.sangpencerah.com (http://www.sangpencerah.com/2013/06/ilmu-falak-dan-peranannya-dalam-islam.html)
https://almaidahfalak.wordpress.com/2015/04/13/al-quran-ilmu-falak/
[1] Nur Hidayatullah
Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan Peradaban Dunia,
Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 1.
[2] Welcome to my story http://hasnah2135.blogspot.com/2015/09/makalah-ilmu-falak.html.
Selasa, 08 September 2015.
[3] Dindin
Syawaluddin, 2011, tujuan mempelajari ilmu falak dan cara mendalaminya menurut petunjuk
al-sunah. http://sakirman01.blogspot.com/2011/12/tujuan-mempelajari-ilmu-falak-dan-cara.html1.
diakse pada rabu 12
september 2018 pukul 17.47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar