MAKALAH
Tentang
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
DI SUSUN OLEH: KELOMPOK IV
Ariflin.
Nur Mutmainnah.
Khamusiyah.
Nuni Yuningsih.
DOSEN PEMBIMBING:
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA
(IAIM) BIMA
THN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan
semesta alam yang telah memberikan rahmat beserta hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmu pendidikan ini dengan judul landasan historis
pendidikan dengan baik dan tepat waktu, tugas ini di buat untuk memenuhi
kebutuhan nilai dari mata kuliah ilmu pendidikan
Penyusunan makalah ini di maksudkan untuk
menambah wawasn pengetahuan mahasiswa mengenai materi ini, kami menyadari bahwa
masih banyajk kekurangan yg mendasar pada makalah ini, oleh karna itu kami
mengundang pembaca untuk untuk membrikan saran beserta kritik yang bersifaty
membangun agar kedepannya kami bisa membuat makalah yg lebih baik lagi. Terima
kasih kami ucapkan semoga makalah ini bernilai positif.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR
ISI...............................................................................................................
BAB
I.PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG.....................................................................................
B.
RUMUSAN
MASALAH.................................................................................
C.
TUJUAN..........................................................................................................
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian historis.........................................................................................
B.
Sejarah pendidikan
dunia...........................................................................
a.
Jaman realisme
b.
Jaman
rasionalisme...............................................................................
c.
Jaman naturalisme................................................................................
d.
Jaman
developmentalisme...................................................................
e.
Jaman nasionalisme..............................................................................
f.
Jaman liberalisme, posisifisme, individualisme..................................
g.
Jaman
sosialisme...................................................................................
C.
Sejarah pendidikan di indonesia
..............................................................
a.
Jaman pengaruh hindu budha
...........................................................
b.
Jaman pengaruh islam (nasional).......................................................
c.
Jaman pengaruh nasrani (katholik,
kristen).....................................
d.
Jaman koloneal
belanda......................................................................
e.
Jaman koloneal jepang........................................................................
f.
Jaman kemerdekaan
(awal)................................................................
g.
Jaman orde lama..................................................................................
h.
Jaman orde
baru..................................................................................
i.
Jaman
reformasi...................................................................................
BAB.
III PENUTUP
A.
Kesimpulan..................................................................................................
B.
Daftar
pustaka.............................................................................................
BAB1
PENDAHULUAN
A .Latar Belakang
Selama ada
kehidupan di dunia selam itu pula perlu adanya pendidikan kondisib pendidikan di setiap negara beruba
ubah tegantung masa atau jamanya , termasuk di indonesia kondisi pendidikan di
indonesia terus berkembanmg dari waktu ke waktu baik dari jamnan penjajahan
sampai saat ini , perkembanga pendidikan di pengaruhi banyak hal dalam
pelaksanaa pendidikan tentunya muncul
berbagai permasalahan baik masalah sederhana hingga masalah yg sertius.
B.Rumusan Masalah
1.
Apa.pengertian historis?
2.
bagaimana. sejarah pendidikan dunia?
3.
Bagaimana. Sejarah pendidikan di indonesia ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui
konsep,siste m dan proses perkembangan pendidikan di indonesia dari jaman
purbakala hingga sampai dengan jaman modern ini, serta untuk memenuhi tugas
prwesentasi kelompok dalam mata kuliah
ilmu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Historis
Sejarah atau history adalah
keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari
oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang
mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk
dan sebagainya.
Informasi-informasi di atas
merupakan warisan generasi terdahulu kepada generasi muda yang tidak ternilai
harganya. Generasi muda dapat belajar dari informasi-informasi ini terutama
tentang kejadian-kejadian masa lampau dan memanfaatkannya untuk mengembangkan
kemampuan diri mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan
bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan
negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan ekonomi mereka telah
mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan kebudayaan
tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan berdasar
pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang,
sistem pendidikan yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem
pendidikan kolonial (Williams, 1977: 17).
Dengan kata lain, tinjauan
landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan
pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori, 1995: vii).
Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan
pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang
lampau.
Perjalanan sejarah
pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan semenjak jauh sebelum kita
menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi
dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari
belenggu kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-macam corak.
B. Sejarah Pendidikan Dunia
1. Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan-penemuan ilmiah baru, pendidikan
diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda
dengan pendidikan-pendidikan sebelumya yang banyak berkiblat pada dunia ide,
dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki pikiran yang praktis Menurut
aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan
semata tetapi juga melalui persepsi penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117).
Tokoh-tokoh pendidikan
zaman Realisme ini adalah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius. Sedangkan
prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan pada zaman ini meliputi:
a.
Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran,
b.
Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri,
c.
Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan,
d.
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,
e.
Pelajaran harus diberikan satu per satu, dari yang paling mudah,
f.
Pengetahuan diperoleh dari metode berpikir induktif (mulai dari
menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisa sehingga menimbulkan
simpulan)dan anak-anak harus belajar dari realita alam
g.
Pendidikan bersifat demokratis dan semua anak harus mendapatkan
kesempatan yang sama \
2. Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan
kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya,
karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan bertindak untuk
dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan akalnya dapat
menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan absolut.
Tokoh pendidikan pada
zaman ini pada abad ke-18 adalah John Locke. Teorinya yang terkenal adalah leon
Tabularasa, yaitu mendidik seperti menulis di atas kertas putih dan dengan
kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan unutk membentuk
pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini bisa mengarah
kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme, dan
materialisme.
3. Zaman Naturalisme
Sebagai reaksi terhadap
aliran Rasionalisme, pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme dengan
tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang tidak wajar
sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat
dan sebagainya.
Naturalisme menginginkan
keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah yang menjadi guru,
sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah (pendidikan alam). Naturalisme
menyatakn bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan
jalan kebenaran di dalam dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).
4. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme
berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang pendidikan sebagai suatu
proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut gerakan psikologis
dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan Fredrich
Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall. Konsep pendidikan yang
dikembangkan oleh aliran ini meliputi:
a.
Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk
watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat social
manusia.
b.
b. Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature) yang disertai
asuhan yang baik (nurture).Pengembangan
pendidikan mengutamakan perbaikan pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan
universal (Mudyaharjo, 2008: 114).
5. Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme muncul
pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa dan
mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya adalah La Chatolais
(Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).Konsep pendidikan
yang ingin diusung oleh aliran ini adalah:
1.
Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara,
2.
Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan,
3.
Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan nasional,
pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan,
sejarah dan geografi Negara, dan pendidikan jasmani.
Akibat negatif dari
pendidikan ini adalah munculnya chaufinisme, yaitu kegilaan atau kecintaan
terhadap tanah air yang berlebih-lebihan di beberapa Negara, seperti di Jerman,
yang akhirnya menimbulkan pecahnya Perang Dunia I (Pidarta, 2007: 120-21).
6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme.
Zaman ini lahir pada abad
ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat
kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam
Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang berkuasa yang kemudian
mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme percaya kebenaran yang
dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin
melemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte (ibid.: 121).
7. Zaman Sosialisme
Aliran sosial dalam
pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme,
positivisme, dan individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop, George
Kerchensteiner, dan John Dewey. Menurut
aliran ini, masyarakat memiliki arti yang lebih penting daripada individu.
Ibarat atom, individu tidak ada artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena
itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan sosial (ibid.: 121-24).
D. Sejarah Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman
kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha,
zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka .Mudyahardjo (2008)
dan Nasution (2008) menguraikan masing-masing zaman tersebut secara lebih
terperinci.
1. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha
Hinduisme and Budhisme
datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua
agama yang berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan
sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai
satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu
Bhinneka Tunggal Ika , secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut
(Mudyahardja, 2008: 215)
Tujuan pendidikan pada
zaman ini sama dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikan dilaksanakan
dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan bergama Hindu dan Budha.
2. Zaman Pengaruh Islam
(Tradisional)
Islam mulai masuk ke
Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup sebagian besar Nusantara pada abad
ke-16. Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan penyebaran
Islam di Nusantara, baik sebagai agama maupun sebagai arus kebudayaan
Pendidikan Islam pada zaman ini disebut Pendidikan Islam Tradisional.
Tujuan pendidikan Islam
adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT
sesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam
Tradisional ini tidak diselenggarakan secara terpusat, namun banyak diupayakan
secara perorangan melalui para ulamanya di suatu wilayah tertentu dan
terkoordinasi oleh para wali di Jawa, terutama Wali Sanga.Sedangkan di luar
Jawa, Pendidikan Islam yang dilakukan oleh perseorangan yang menonjol adalah di
daerah Minangkabau (ibid.: 228-41).
3. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)
Bangsa Portugis pada abad
ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat dengan cara
menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai bandar-bandar dan
daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan
(Mudyahardjo, 2008: 242).
Di samping mencari
kejayaan dan kekayaan, bangsa Portugis datang ke Timur (termasuk Indonesia)
bermaksud pula menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel).
Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat
rempah-rempah itu dihasilkan.
Namun kekuasaan Portugis melemah akibat
peperangan dengan raja-raja di Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh Belanda
pada tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Dalam setiap operasi perdagangan, mereka
menyertakan para paderi misionaris Paderi yang terkenal di Maluku, sebagai
salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan misinya, adalah Franciscus
Xaverius dari orde Jesuit.
Orde ini didirikan oleh
Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk
keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Yang dicapai
dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Orde ini
juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun dan bebas
untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk
penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).
Sedangkan pengaruh Kristen
berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah. Untuk
menghindari persaingan di antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu
kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische Compagnie) atau
Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyahardjo, 2008: 245).
Sikap VOC terhadap
pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan Tradisional di
Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang bertujuan
menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama
dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar dan di
Batavia (Jakarta), pusat administrasi colonial. Tujuannya untuk melenyapkan
agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008: 4-5).
4. Zaman Kolonial Belanda
VOC pada perkembangannya
diperkuat dan dipersenjatai dan dijadikan benteng oleh Belanda yang akhirnya
menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor
dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan territorial.
Setelah pecah perang kolonial di berbagai daerah di tanakh air, akhirnya
Indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan Belanda
Pada tahun 1816 VOC ambruk
dan pemerintahan dikendalikan oleh para Komisaris Jendral dari Inggris. Mereka
harus memulai system pendidikandari dasar kembali, karena pendidikan pada zaman
VOC berakhir dengan kegagalan total. Ide-ide liberal aliran Ufklarung atau
Enlightement, yang mana mengatakan bahwa pendidikan adalah alat untuk mencapai
kemajuan ekonomi dan social, banyak mempengaruhi mereka.
Oleh karena itu, kurikulum
sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut
yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan
sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda
selama setengah abad ke-19.
Setelah tahun1848
dikeluarkan peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa pemerintah lambat laun
menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia
sebagai hasil perdebatan di parlemen Belanda dan mencerminkan sikap liberal
yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia.
Pada tahun 1899 terbit
sebuah atrikel oleh Van Deventer berjudul Hutang Kehormatan dalam majalah De
Gids. Ia menganjurkan agar pemerintahnnya lebih memajukan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Ekspresi ini kemudian dikenal dengan Politik Etis dan bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi, transmigrasi, reformasi,
pendewasaan, perwakilan yang mana semua ini memerlukan peranan penting
pendidikan.
Di samping itu, Van Deventer juga
mengembangkan pengajaran bahasa Belanda. Menurutnya, mereka yang menguasai
Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi pelopor bagi yang lainnya.
Sejak dijalankannya
Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan
selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun masih
bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia
yanorang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite
intelektual baru.
Golongan baru inilah yang
kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang
masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya
Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda
tahun 1928.
Setelah itu tokoh-tokoh
pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse
School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai Haji Ahmad
Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-anak agar
bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008: 125-33).
5. Zaman Kolonial Jepang
Perjuangan bangsa
Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk
merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan alam
Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan
semangat 45 di hati mereka.
Meskipun demikian, ada
beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia. Di bidang
pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda
dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu,
pemakaian bahasa secara
luas diinstruksikan oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan,
di kantor-kantor, dan dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa
Indonesia untuk merealisasi Indonesia
merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi
kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia.
6. Zaman Kemerdekaan (Awal)
Setelah Indonesia merdeka,
perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena
gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia
dating silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saai itu bukanlah
prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana
mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan belum
dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem
persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus
disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang
diharapka bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan
karena faktor keamanan para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang
ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat bersekolah.
7. Zaman Orde Lama
Setelah gangguan-gangguan
itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan
dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik spiritual maupun material.
Setelah diadakan konsolidasi yang intensif, system pendidikan Indonesia terdiri
atas:
Pendidikan Rendah,
Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan harus membimbing
para siswanya agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sesuai dengan
dasar keadilan sosial, sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara.
Di samping itu, Pendidikan
Nasional zaman Orde Lama adalah pendidikan yang dapat membangun bangsa agar
mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam maupun di luar;
pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan
melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Kepribadian
Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai
dengan Manipol yaitu membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia
berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menyelenggarakan masyarakat Sosialis
Indonesia yang adil dan makmur, lahir-batin, melenyapkan kolonialisme,
mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah
perdamaian, persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008:
403).
8. Zaman Orde Baru
Orde Baru dimulai setelah
penumpasan G-30S pada tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan pendidikan dikoreksi dari
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Lama yaitu dengan menetapkan
pendidikan agama menjadi mata pelajaran dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi.
Menurut Orde Baru,
pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam sekolah dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan
di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat(Ibid.: 422, 433).
Pendidikan pada masa memungkinkan adanya
penghayatan dan pengamalam Pancasila secara meluas di masyarakat, tidak hanya
di dalam sekolah sebagai mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan (ibid.:
434).
Di samping itu,
dikembangkan kebijakan link and match di bidang pendidikan. Konsep keterkaitan
dan kepadanan ini dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta, 2008: 137-38). Inovasi-inovasi
pendidikan juga dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan.
Sistem pendidikannya adalah sentralisasi dengan berpusat pada pemerintah pusat.
Namun demikian, dalam
dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan. (Buchori
dalam Pidarta (2008: 138-39) mengemukakan beberapa kesenjangan, yaitu
a.
kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
b.
kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari),
c.
c kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada
pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan
teknologi), dan
d.
kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki
dengan wawasan dunia terkini).
Namun demikian
keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah (1) kesadaran
beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat (Pidarta,
2008: 141).
9. Zaman Reformasi
Selama Orde Baru
berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka
inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini
juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan
partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk
melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan menyaampaikan
pendapatnya (ibid.: 143).
Begitu Orde Baru jatuh
pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas bagaikan burung yang baru lepas dari
sangkarnya yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun. Masa Reformasi ini
pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar kebebasan tanpa program yang jelas.
Sementara itu, ekonomi
Indonesia semakin terpuruk, pengangguran bertambah banyak, demikian juga halnya
dengan penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan semakin sulit diberantas.
Namun demikian, dalam bidang pendidikan
ada perubahan-perubahan dengan munculnya
Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah system pendidikan sentralisasi
menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga kependidikan
perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional
mereka.
Instrumen-instrumen untuk mewujudkan
desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality
Management).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari rangkaian masa dalam
sejarah yang menjadi landasan historis kependidikan di Indonesia, kita dapat
menyimpulkan bahwa masa-masa tersebut memiliki wawasan yang tidak jauh berbeda
satu dengan yang lain. Mereka sama-sama menginginkan pendidikan bertujuan mengembangkan
individu peserta didik,
dalam arti memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka secara alami dan
seperti ada adanya, tidak perlu diarahkan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Sementara itu, pendidikan pada dasarnya hanya memberi bantuan dan layanan
dengan menyiapkan segala sesuatunya. Sejarah juga menunjukkan betapa sulitnya
perjuangan mengisi kemerdekaan dibandingkan dengan perjuangan mengusir
penjajah.
Dengan demikian mereka
berharap hasil pendidikan dapat berupa ilmuwan, innovator, orang yang peduli
dengan lingkungan serta mampu memperbaikinya, dan meningkatkan peradaban
manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan
selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki dan memajukan diri, agar tidak
ketinggalan jaman, dan selalu berusaha menyongsong zaman yang akan datang atau
untuk dapat hidup dan bekerja senafas dengan semangat perubahan zaman.
Akhir kata, pendidikan
mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki
nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi
penerus dalam kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan mewariskan dan
menggunakan karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan menjadi pengawal ,
perantara, dan pemelihara peradaban. Dengan demikian, pendidikan memungkinkan
peradaban masa lampau diakui eksistensinya dan bukan merupakan “Harta Karun”
yang tersia-siakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anzizhan,
Syafaruddin, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004..
Buchori,
Mochtar. Transformasi Pendidikan Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta
Press, 1995
Dardjowidjojo,
Soenjono. Pedoman Pendidikan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana
Indonesia, 1991.
Dardjowidjojo,
Soenjono. PTS dan Potensinya di Hari Depan: Memoir Seorang PUrek I. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992 Mudyahardjo, Redja. Pengantar
Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan
Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008Nasution, S., Sejarah Pendidikan
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara,2008Pidarta, Made, Landasan Pendidikan:
Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta., 2007
Sigit,
Sardjono, Peranan dan Partisipasi Perguruan Swasta di Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992
Wiiliams,
Gareth, Towards Lifelong Education: A New Role for Higher Education
Institutions. Paris: UNESCO, 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar